Mengenai Saya

Foto saya
SAMARINDA, EAST BORNEO, Indonesia
Nama saya Abd. Wahab Syahrani,lahir di Sebuah desa hampir ujung laut Kab.Berau Kaltim, Nama Desanya Talisayan tanggal 30 April 1979. Nama ayah saya H.Syahran, dan nama Ibu saya Nur Ilham. saya anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakak sulung saya bernama Lia, yang kedua Iin, dan yang ketiga Wawan.... Alhmadulillah Februari 2005 saya menikah dengan seorang wanita sholihah berdarah Palembang-Yogya bernama Diah Rakhmah Sari, sekarang atas karunia Allah diberikan amanah 2 org anak, yang kakak laki2 bernama Muhammad Dzakwan Althof dan yang kedua seorang putri bernama Naurah Alya Mukhbita...

Sabtu, 15 Januari 2011

LEARNER AUTONOMY

I.        PENDAHULUAN
Thomas L. Friedman dalam bukunya “The World is Flat” menerawang informasi sebagai kapital baru dunia. Dunia digambarkan menjadi semakin horizontal disebabkan oleh makin beragamnya kebutuhan manusia. Berbagai upaya pemenuhan kebutuhan bertumpu pada informasi yang menghubungkan pihak konsumen dengan industri.
Industri secara umum diterima sebagai sekumpulan kegiatan usaha untuk memenuhi sekumpulan kebutuhan. Dalam prosesnya, industri melibatkan pihak konsumen, kebutuhan dan pemasok kebutuhan. Beragamnya kebutuhan manusia tidak lagi terbatas pada produk dan jasa namun juga informasi. Yang terakhir ini kini merupakan hal yang memiliki nilai sangat tinggi.
Era informasi bertumpu pada pengetahuan yang bernilai strategis. Informasi menjadi komoditi yang sangat penting dan bernilai tinggi. Informasi sangat penting karena dengan informasi kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah dan murah. Informasi bernilai tinggi karena memungkinkan terciptanya berbagai inovasi.
Oleh karenanya diperlukan kecakapan informasi atau information literacy agar dapat sukses berkarya dalam era informasi ini. Kecakapan informasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengenali, memperoleh dan menggunakan dengan maksimal informasi yang dibutuhkan. Ditambahkan pula untuk mendayagunakan informasi seseorang harus menjunjung tinggi kode etik sehingga tidak melanggar hak-hak orang lain. Sebagai contoh pelanggaran kode etik itu adalah plagiarisme atau pelanggaran hak cipta.
Pemanfaatan informasi dan hubungannya dengan kecakapan informasi dapat ditemui hampir di semua lini kehidupan. Seorang pengusaha akan sangat bergantung pada informasi mengenai bagaimana memperoleh bahan baku yang murah, teknologi yang efisien, dan lokasi yang tepat untuk memasarkan produknya. Seorang karyawan akan dinilai kinerjanya berdasarkan kecakapannya mengatasi berbagai tantangan kerja dengan cara yang kreatif dan efektif. Mahasiswa harus memiliki strategi agar informasi yang diterima di bangku kuliah dapat dikembangkan untuk keperluan studi lanjut maupun peluang kerjanya kelak. Kecakapan informasi menjadi hal yang penting untuk diajarkan pada semua orang.
Peran institusi pendidikan untuk mengembangkan kecakapan informasi sangatlah besar. Hal ini dimungkinkan dengan paradigma pendidikan baru yang bertujuan menciptakan pembelajar yang mandiri. Pemerintah melalui Kerangka Pembangunan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPTJP) 2003-2010 menekankan pentingnya peran Pendidikan Tinggi sebagai incubator bagi pembangunan social-ekonomi negri ini. Hal ini berarti universitas di Indonesia wajib memikirkan berbagai inovasi yang menitikberatkan pada penerapan atau pemanfaatan informasi atau pengetahuan bagi kepentingan pembangunan. Oleh karenanya peran institusi pendidikan tinggi di Indonesia adalah untuk menekankan dalam proses pembelajarannya sisi aplikasi dari ilmu yan diajarkan. Hal ini merupakan komponen dasar kecakapan infomasi, yaitu ketrampilan untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.
Sementara itu, UNESCO mendengungkan pentingnya menciptakan pembelajar sepanjang hayat. Dengan ini pendidikan diharapkan tidak hanya terjadi di bangku pendidikan formal, maupun dalam bentuk pembelajaran kolektif. Dengan terbentuknya pembelajaran sepanjang hayat, belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sepanjang hidup seorang pembelajar. Sifat kemandirian ini sangat penting karena salah satu misi Millenium Development Goals (MDG) adalah untuk memberikan pendidikan bagi setiap orang, atau Education for All. Dengan terbukanya akses pada pengetahuan di era informasi ini, diharapkan tidak ada seorangpun yang tertinggal untuk mendapatkan manfaat dari perkembangan dunia.
Misi untuk memaksimalkan potensi pembelajar melalui pemanfaatan informasi menciptakan pembelajar mandiri. Pembelajar mandiri adalah seseorang yang termotivasi untuk melengkapi diri dengan informasi yang diperlukan, sementara berupaya untuk memperoleh dan memanfaatkan akses ke informasi yang dibutuhkan tersebut. Seseorang yang duduk di bangku kuliah pada saat yang bersamaan dapat menjadi seorang pembelajar mandiri. Hal ini terjadi ketika ia dengan sadar dan aktif mencari berbagai jenis informasi untuk melengkapi atau menambah pengetahuan yang telah diterimanya dalam perkuliahan. Ia menjadi seorang pembelajar mandiri yang mampu mengelola peluang yang tersedia untuk menjadi lebih berpengetahuan dan trampil di bidang ilmu datau keahliannya.
Menurut Gardner dan Muller dalam bukunya “Establishing Self-Access” pembelajaran otonom ditandai dengan bertumpunya proses pembelajaran pada kebutuhan pembelajar. Oleh sebab itu, diperlukan peran aktif pembelajar untuk mengetahui kebutuhannya akan pengetahuan. Yang juga termasuk dalam kebutuhan adalah harapan dan keinginan pembelajar di masa datang. Hal ini penting karena pemajanan (exposure) informasi atau pengetahuan harus berkesesuaian dengan fungsi aplikatif dari informasi tersebut. Dengan demikian, ilmu atau informasi yang didapat adalah yang sesuai dengan kebutuhan dan data langsung dimanfaatkan oleh pembelajar.
Oleh sebab itu, di era informasi ini, perlunya pembelajaran mandiri tidaklah dapat terelakkan. Pembelajaran mandiri dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah dengan menciptakan berbagai akses ke informasi yang dibutuhkan. Terciptanya Self-Access Centers, yang menyediakan berbagai materi dan referensi untuk belajar mandiri, merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap pembelajaran mandiri. Di sini, siswa dapat mendalami pokok bahasan tertentu dengan memanfaatkan referensi, lembar kerja ataupun fasilitas multi-media yang ada.
Salah satu contoh Self-Access Centers yang telah berdiri di banyak universitas dan pendidikan tinggi di Indonesia adalah yang dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa asing. Mahasiswa yang datang dapat belajar sesuai dengan kebutuhan ketrampilan bahasa yang diinginkan. Mahasiswa dapat mengatur sediri kecepatan belajar, yaitu jumlah jam dan intensitas belajar menggunakan bahan-bahan ajar yang tersedia di unit ini.
Bentuk dukungan lain adalah tersedianya pembelajaran yang bersifat online. Dengan cara pembelajaran jarak jauh ini siswa mendapat kemudahan untuk belajar di mana saja dengan pemanfaatan akses Internet. Pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu kunci percepatan pembelajaran mandiri di era informasi ini. Dengan tersedianya akses yang luas, pembelajar dapat benar-benar meraih otonomi bagi pembelajarannya.
Peran pengembang institusi pendidikan tinggi akan sangat signifikan bila peluang ini dimanfaatkan dengan baik. Era informasi telah menciptakan revolusi pembelajaran. Hasilnya institusi pendidikan bukan menjadi sumber utama bagi tersedianya informasi. Lebih jauh, institusi pendidikan juga harus mampu menawarkan berbagai peluang bagi pembelajaran mandiri. Dengan pemanfaatan teknologi yang baik, pembelajaran mandiri akan berjalan dengan maksimal.

II.                  APA ITU OTONOMI PELAJAR DAN BAGAIMANA ITU DIPELIHARA?
 Selama dua dekade terakhir, konsep otonomi pelajar dan kemerdekaan  telah mendapatkan momentum, yang pertama menjadi 'buzz-kata' dalam konteks bahasa belajar. Hal ini disangkal bahwa salah satu yang paling penting spin-off dari lebih berorientasi bahasa komunikatif belajar dan mengajar telah menjadi premi ditempatkan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran bahasa . pergeseran Fokus tanggung jawab dari guru untuk peserta didik tidak ada dalam ruang hampa, tetapi adalah hasil dari suatu Rangkaian perubahan kurikulum itu sendiri terhadap jenis yang lebih berpusat  pada belajar.
“ pelajar otonom, yaitu diharapkan untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar, dan bertanggung jawab atas, pembelajaran mereka sendiri. Namun, otonomi pelajar tidak berarti bahwa guru menjadi berlebihan,  dalam proses pembelajaran bahasa.
Untuk  maksud dan tujuan, para pelajar otonom mengambil  peran aktif dalam proses pembelajaran, menghasilkan ide dan availing bagi dirinya dari kesempatan belajar, bukan hanya bereaksi terhadap berbagai rangsangan guru. pelajar otonom adalah pembuat-diaktifkan diri makna, agen aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Dia tidak satu hal yang hanya terjadi, ia adalah orang yang, dengan kehendaknya sendiri, menyebabkan hal untuk terjadi. Belajar dilihat sebagai hasil-nya sendiri dimulai interaksi diri dengan dunia.

III.      LEARNING AUTONOMY ( Pembelajar otonomi)
Pembelajaran Otonomi sebagai pembelajaran bahasa dan telah menempatkan pelajar sebagai pusat perhatian kita dalam pendidikan bahasa belajar.
 "otonomi pelajar" istilah ini pertama kali diciptakan dan  Beberapa definisi yang paling terkenal dalam literatur ini adalah:
§  "Otonomi adalah kemampuan untuk bertanggung jawab sendiri belajar satu '(Henri Holec [1] )
§  'Otonomi pada dasarnya adalah masalah hubungan psikologis peserta didik untuk proses dan isi pembelajaran "(David Little)
§  "Otonomi adalah sebuah situasi di mana pelajar benar-benar bertanggung jawab atas semua keputusan yang terkait dengan nya [atau nya] belajar dan pelaksanaan keputusan itu '.(Leslie Dickinson)
§  "Otonomi adalah pengakuan atas hak-hak peserta didik dalam sistem pendidikan '. (Benson Phil)
Salah satu aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan Learner Otonomi adalah:
1.     apakah kita melihatnya sebagai alat untuk mencapai tujuan (belajar bahasa asing)
2.      sebagai tujuan itu sendiri (membuat orang pelajar otonom).
Kedua opsi ini tidak mengecualikan satu sama lain, keduanya bisa menjadi bagian dari pandangan kita terhadap bahasa belajar atau belajar pada umumnya.
 Banyak definisi telah  diberikan , tergantung pada penulis, konteks, dan tingkat pendidik.
Prinsip-prinsip otonomi didik dapat diartikan sebagai berikut :
·      Otonomi berarti memindahkan fokus dari mengajar untuk belajar.
·      Otonomi affords kemungkinan pengaruh maksimal kepada peserta didik.
·      Otonomi mendorong dan kebutuhan dukungan sebaya dan kerjasama.
·      Otonomi berarti memanfaatkan diri / penilaian sejawat.
·      Otonomi membutuhkan dan memastikan diferensiasi 100%.
·      Otonomi hanya dapat dilakukan dengan logbooks siswa yang merupakan dokumentasi belajar dan alat refleksi.
·      Peran guru sebagai pendukung perancah dan menciptakan ruang bagi pengembangan otonomi sangat menuntut dan sangat penting.
·      Otonomi berarti memberdayakan siswa, namun kelas bisa membatasi, demikian pula aturan catur atau tenis, tetapi penggunaan teknologi dapat mengambil mahasiswa di luar strictures dari kelas, dan siswa dapat mengambil dunia luar ke dalam kelas.


IV. CIRI PEMBELAJAR MANDIRI
Salah tujuan pendidikan yang menantang adalah mengantarkan anak-anak menjadi pembelajar mandiri (independent learner). Pembelajar mandiri bukanlah berarti anak hanya belajar sendiri tanpa membutuhkan guru atau orang lain. Tetapi, pembelajar mandiri selalu memiliki dorongan internal untuk belajar dan bertanggung jawab atas proses belajar yang dijalaninya.
Menurut M. Knowles, penulis buku “Self-Directed Learning: A Guide for Learners and Teachers”, proses belajar mandiri adalah "a process in which individuals take the initiative, with or without the help of others," to diagnose their learning needs, formulate learning goals, identify resources for learning, select and implement learning strategies, and evaluate learning outcomes.
Berikut ini beberapa ciri dari pembelajar mandiri, yang dalam konteks homeschooling menjadi sebuah tantangan untuk direalisasikan:

Dorongan Internal
Belajar bukanlah kewajiban, tetapi bagi pembelajar mandiri adalah sebuah kebutuhan dan hal yang menyenangkan sekaligus menantang. Seorang pembelajar mandiri adalah seorang yang senang berinisiatif. Dia tidak menunggu seseorang (guru atau orangtua) ataupun dorongan eksternal untuk melakukan proses belajar yang diinginkannya.

Berorientasi Tujuan
Banyak tujuan belajar, mulai sekedar untuk mengetahui, menambah wawasan, menguasai ketrampilan, serta tujuan-tujuan lainnya. Seorang pembelajar mandiri tahu apa yang ingin dicapainya. Dia tak hanya melakukan standar minimum tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya, tetapi mencari cara dan kepuasan pribadi dalam proses penyelesaian tugas dan standar tugas yang ingin diraihnya.

Terampil mencari Bahan Belajar
Untuk menuju tujuan belajar yang ingin diraihnya, pembelajar mandiri memiliki ketrampilan untuk mencari bahan belajar yang diinginkannya. Bukan berarti dia menguasai seluruh informasi, tetapi dia tahu dari mana harus memulai belajar. Seandainya pun dia tidak mengetahuinya, dia tahu bagaimana mencarinya, ke mana dia mencari, atau kepada siapa dia bertanya.

Pandai Mengelola Diri (Self-management)
Seorang pembelajar mandiri mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dia tahu, dengan metode atau strategi belajar seperti apa yang paling efektif untuk dirinya. Dia pun bisa mengatur jadwal yang paling sesuai untuk dirinya. Termasuk di dalam pengelolaan diri adalah kemampuan melakukan evaluasi atas proses yang dilakukannya dan bersikukuh untuk terus menyelesaikan proses belajar yang dijalaninya hingga tuntas.
Beberapa ciri pembelajar mandiri di atas bukanlah sekedar ideal atau utopia. Dengan perencanaan pendidikan yang tepat di dalam homeschooling, kita dapat mendorong anak-anak dan mengantarkan mereka menjadi pembelajar mandiri. Dengan menjadi pembelajar mandiri, anak-anak dapat belajar apapun yang mereka butuhkan sepanjang kehidupannya. Dalam homeschooling, tantangan yang dihadapi orangtua adalah memperhatikan indikator-indikator tersebut dalam rancangan homeschoolingnya. Belajar bukan sekedar bisa mengerjakan tes dan menguasai mata pelajaran, tetapi ada tujuan-tujuan kultural yang dituju untuk kepentingan jangka panjang anak.

V.        KEUNTUNGAN PEMBELAJAR MANDIRI
Untuk meraih Keuntungan dari Pembelajar Mandiri (Learner Autonomy) kita dapat melakukan hal-hal berikut :
·         Cari sumber-sumber informasi yang terpercaya
·         Rancangkan jadwal pembelajaran yang bisa diterapkan
·         Manfaatkan teknologi mutakhir yang tersedia, misalnya e-books ketimbang buku cetak, website dengan materi yang dapat didownload secara gratis

VI.      KESIMPULAN
-          Otonomi pembelajar dan itu bukan konsep yang mutlak.tetapi menyatakan bahwa peserta didik datang ke situasi belajar dengan pengetahuan dan keterampilan untuk merencanakan, memantau, dan mengevaluasi pembelajaran mereka.
-          Otonomi pelajar adalah ideal
-          Belajar mandiri tidak mirip dengan "pembelajaran yang tak terkendali." Harus ada seorang guru yang akan menyesuaikan sumber daya, materi, dan metode untuk kebutuhan peserta didik. 
-          Otonomi Learner membangun kesadaran, dan mengidentifikasi strategi, kebutuhan, dan tujuan sebagai seorang pembelajar.
-          Learner Otonomy memiliki kesempatan untuk kembali melakukan pendekatan dan prosedur untuk belajar lebih optimal.
-          Otonomi pelajar adalah untuk intervensi pendidikan, harus diakui bahwa itu memakan waktu lama untuk mengembangkannya.

VII.    REFERENSI

Usman, Moh. Uzer, 2000. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung

Yusuf, A. Muri, 1982, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sumber: Blog sukarni dhm



Tidak ada komentar:

Posting Komentar